Hujan Buatan
Hujan buatan dibuat dengan cara
menyemai awan dengan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air)
sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan akan meningkat dan
selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. Awan yang digunakan untuk
membuat hujan buatan adalah jenis awan cumulus (Cu) yang bentuknya seperti
bunga kol. Setelah lokasi awan diketahui, pesawat terbang yang membawa bubuk
khusus untuk menurunkan hujan diterbangkan menuju awan. Bubuk khusus tersebut terdiri
dari glasiogenik berupa Perak Iodida. Zat itu berfungsi untuk membentuk es.
Pesawat juga membawa bubuk untuk menggabungkan butir-butir air di awan yang
bersifat higroskopis seperti garam dapur atau Natrium clorida (NaCl), atau
CaCl2 dan Urea.
Untuk bisa membentuk hujan deras,
biasanya dibutuhkan bubuk khusus sebanyak 3 ton yang disemai ke awan cumulus
selama 30 hari. Proses membuat hujan buatan ini belum tentu berhasil. Bisa saja
gagal atau malah hujan buatannya jatuh di tempat yang salah padahal sudah
memakan biaya yang besar dalam pembuatannya. Oleh karena itu, penyebaran bibit
hujan harus memperhatikan arah angin, kelembaban dan tekanan udara. Hujan
buatan biasanya dibuat untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan,
atau bisa juga dibuat untuk pengisian waduk, danau, untuk keperluan air bersih,
irigasi, pembangkit listrik (PLTA), juga antisipasi kebakaran hujan atau lahan
dan kabut asap. Karena hujan buatan ini adalah modifikasi cuaca, maka hujan
buatan bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu langit mendung. Dan juga
tak perlu khawatir, karena air hujan buatan tidak jauh berbeda dengan hujan
asli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar