Senin, 31 Desember 2012


Hujan Buatan

            Hujan buatan dibuat dengan cara menyemai awan dengan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. Awan yang digunakan untuk membuat hujan buatan adalah jenis awan cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol. Setelah lokasi awan diketahui, pesawat terbang yang membawa bubuk khusus untuk menurunkan hujan diterbangkan menuju awan. Bubuk khusus tersebut terdiri dari glasiogenik berupa Perak Iodida. Zat itu berfungsi untuk membentuk es. Pesawat juga membawa bubuk untuk menggabungkan butir-butir air di awan yang bersifat higroskopis seperti garam dapur atau Natrium clorida (NaCl), atau CaCl2 dan Urea.
            Untuk bisa membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan bubuk khusus sebanyak 3 ton yang disemai ke awan cumulus selama 30 hari. Proses membuat hujan buatan ini belum tentu berhasil. Bisa saja gagal atau malah hujan buatannya jatuh di tempat yang salah padahal sudah memakan biaya yang besar dalam pembuatannya. Oleh karena itu, penyebaran bibit hujan harus memperhatikan arah angin, kelembaban dan tekanan udara. Hujan buatan biasanya dibuat untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan, atau bisa juga dibuat untuk pengisian waduk, danau, untuk keperluan air bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA), juga antisipasi kebakaran hujan atau lahan dan kabut asap. Karena hujan buatan ini adalah modifikasi cuaca, maka hujan buatan bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu langit mendung. Dan juga tak perlu khawatir, karena air hujan buatan tidak jauh berbeda dengan hujan asli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar